Sistem Banua Sebagai Kohesi Sosial Berbasis Religi Pada Masyarakat Tradisional Di Kabupaten Bangli, Bali

Authors

  • I Nengah Duija Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
  • I Nyoman Linggih Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
  • I Wayan Wastawa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Abstract

Bali dewasa ini telah memasuki masa transisi atau menurut ajaran agama Hindu memasuki jaman dwa para yuga. Masyarakat Bali dikatakan selalu dalam ruang hidup harmonis, namun dibalik itu ternyata ada semacam pertarungan antara tradisional versus modernism. Banyak permasalahan sosial yang sangat memperihatinkan dalam usaha masyarakat Bali mempertahankan budaya Balinya dengan slogan ajeg Bali. Permasalahan sosial berimbas pada perubahan karakter orang Bali yang memunculkan konflik-konflik horizontal. Belajar dari adanya sumber potensi konflik tersebut, sesungguhnya ada suatu sistem pengelolaan territorial yang sangat menarik yang terjadi di Bangli, yakni sistem Banua. Sistem Banua adalah sebuah manajemen territorial yang berlaku lintas desa, kecamatan, bahkan kabupaten berbasis religi khususnya pada masyarakat tradisional di Kabupaten Bangli (dassolen), namun pada kenyataannya desa-desa yang tergabung dalam sistem Banua, seperti: Kanca satak, gebog satak, gebog domas memiliki basis kekuatan religi yang mampu membangun kohesi sosial yang bertahan hingga kini. Inilah kelayakan studi yang dilakukan secara akademik urgen untuk dilakukan sebuah penelitian.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya: mengapa masyarakat Tradisional di Kabupaten Bangli menggunakan sistem Banua sebagai manajemen membangun kohesi sosial berbasis teligi? Bagaimanakah sistem tata kelola Banua sebagai bentuk kohesi sosial berbasis religi pada masyarakat tradisionalll di kabupaten Bangli? Bagaimanakah implikasi sistem Banua sebagai bentuk kohesi sosial berbasis religi terhadap dinamika masyarakat di Kabupaten Bangli? Ketiga masalah penelitian ini dianalisis menggunakan teori: Teori Religi dan Simbol, teori Modal Sosial dan Pertukaran Sosial, dan Teori Fungsional Struktural dan Teori Wacana Politik Identitas. Tentunya untuk memperoleh data digunakan metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan, dengan analisis pendekatan deskriptip kualitatif.

Berdasarkan metode pengambilan data dan analisis teori dapat diperoleh kesimpulan: Pertama, masyarakat tradisional di Kabupaten Bangli menggunakan sistem banua sebagai manajemen membangun kohesi sosial berbasis religi, karena religi memberikan ikatan sosial yang berorientasi kepada kepercayaan kepada Dewa, rohk leluhur dan alam (gunung) sebagai pemberi kesuburan dan keselamatan bersama. Ikatan-iakatan ini diimlementasikan pada jaringan sosial yang menganut equality dan egaliterialisme. Kedua, Tata kelola sistem Banua sebagai kohensi sosial, berada pada pembangian tugas yang seimbang dalam kepemimpinan ulu apad berbasis religi Keseimbangan hak dan kewajiban akan memberikan dampak pada hubungan pusat dengan bagian banua yang tidak perlu memberikan sanksi karena masih dalam keseimbangan.

Karena wilayah banua yang menekankan pada ritual kawasan banua. Secara teologi, ritual ini dilaksanakan adalah untuk penyembahan kepada tiga kekuatan Tuhan yang dipersonifikasikan sebagai Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa atau dalam kepercayaan Bali Aga ada yang disebut dengan Hyang Api, Hyang Tanda dan Hyang Karimama (khususnya bagi banua Pura Kehen), sedangkan di gebog domas Pura Pucak Penulisan sesuai dengan Prasasrti Sukawana  mengenal dua kekuatan, yakni Hyang Api dan Hyang Tanda sebagai dua subtansi dalam proses penciptaan, sedangan khusus di Pura Pucak penulisan di kenal dengan dewa tertinggi di Pura Pucak Kauripan sebagai (laki-laki) atau Purusa dan Pradana (yang dipuja di palinggih Daa). Telologi seperti ini menunjukkan pemujaan kepada kekuatan pemberi kehidupan, kesuburan tanaman pertanian, dan kesejehteraan bagi manusia, di samping pemujaan kepada rohk leluhur dengan jasa-jasanya dalam mentradisikan ritual di dalam menjaga interaksi sosial, baik intern bebanuan maupun lintas bebanuan lintas wilayah. Ketiga, kohensi sosial berbasis religi pada sistem banua membawa implikasi pada penguatan hubungan sosial lintas batas territorial, yang dapat dijadikan model manajement konflik sosial berbasis religi. Solidaritas berbasis religi dapat meredam konflik sosial pada masa pra konflik maupun pasca konflik dengan menerapkan problem solving melalui solusi integrative. Kohesi sosial berbasis religi ini dapat pula menjadikan model membangun beban adat dan agama menjadi lebih ringan atas dasar kerjasama.

References

Anonim, Purana Pura Kehen, 1981.

Ardika, I Wayan dkk.2017. Sejarah Bali. Dari Prasejarah Hingga Modern. Denpasar: Udayana University Press.

Astra, I Gede Semadi.2004. “Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Memperkokoh Jatidiri Bangsa di Era Globalisasi”. Dalam Politik Kebudayaan dan Identitas Etnik. Editor I Wayan Ardika dan I Nyoman Darma Putra. Denpasar: FS Unud dan Balimangsi Press.

Bagyo Prasetyo,dkk. 2004: Religi pada Masyarakat Prasejarah Indonesia, Jakarta : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Burns, Tome R dkk.1987. Manusia, Keputusan, Masyarakat.Teori Dinamika antara Aktor dan Sistem untuk Ilmuwan Sosial. Penerjemah Soewono Hadisoemarto. Jakarta: Pradnya Paramita.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Baha Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Duija, I Nengah.2006. “Pelestarian Cultural Space dan Religious Space Masyarakat Bali Dari Hegomoni Kapitalisme Pariwisata: Menyimak Kembali Kasus Reklamasi Pantai Padanggalak dan Pembongkaran Kafe di Kuta”. Jurnal Agama Hindu Pangkaja. Volume VI.No.1. Hal.30 Denpasar : IHD Negeri Denpasar.

Capra, Fritjof. 1997. Titik Balik Peradaban Sains, Masyarakat Dan Kebangkitan Kebudayaan. Penerjemah M. Thoyibi. Yogyakarta : Benteng Budaya.

Coedes, George.2017. Asia Tenggara Masa Hindu-Budha. Penerjemah Winarsih Partiningrat Arifin. Kepustakaan Populer Gramedia, Ecole Francaise d’Extreme-Orient Forum Jakarta-Paris. Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Couteau, Jean.1995. “Transformasi Struktural Masyarakat Bali”. Dalam Bali di Persimpangan Jalan 2. Sebuah Bunga Rampai. Usadi Wiryatnaya (Ed). Denpasar: Nusa Data IndoBudaya.

Covarrubias, Michael.1937. Island of Bali. New York: Alfred A. Knopf Co. Dillistone, F.W.2002. Daya Kekuatan Simbol. The Power of Simbol. Yogyakarta: Kanisius.

Fukuyama, Francis.2005. Goncangan Besar. Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial. Penerjemah Masri Maris. Jakarta: Gramedia.

Geriya, I Wayan.1993. “Model Interaksi Kebudayaan dan Industri Pariwisata Pada Masyarakat Bali (Suatu Refleksi dari Strategi Pembangunan yang Berbudaya dalam Era industrialisasi)”. Dalam Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa. Editor Tjok Rai Sudartha dkk. Denpasar: Upada Sastra.

Giddens, Anthony. dkk,2004. Sosiologi: Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Penerjemah Ninik Rochani Sjams. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Goris,R. 1954. Prasasti Bali ,I-II. Bandung : NV Masa baru.

Herusatoto, Budiono.1987. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.

Koentjaraningrat.1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia.

Koentjaraningrat.1992. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Kuper, Adam & Jessica Kuper.2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Penerjemah Aris Munandar et.al. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Laeyendecker.L. 1983. Tata, Perubahan dan Ketimpangan: Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. Penerjemah Soekmono. Jakarta : Gramedia.

Manuaba, Ida Bagus.1999. “Isu, Problema dan Masa Depan Bali”. Dalam Bali dan Masa Depannya. Penyunting dan Kata Pengantar Wayan Suparta. Denpasar: Bali Post

Mantra, Ida Bagus.1996. Landasan Kebudayaan Bali. Denpasar: Yayasan Dharma Sastra.

Marianne W. Jorgensen dan Louise J. Philips,2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Mirsha, Rai I Gusti Agung,dkk. 1986. Sejarah Bali, Proyek Penyusunan Sejarah Bali Pemda Tingkat I Bali. Denpasar.

Mucthar Ghazali, Adeng. 2011. Antroplogi Agama Upaya Memahami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan, dan Agama. Bandung : ALFABETA.

Mundardjito.1986. “Hakikat Local Genius dan Hakikat Data Arkeologi”. Dalam K Kepribadian Bangsa (Local Genius). Editor Ayatrohaedi. Jakarta : Pustaka Jaya.

Mulyana, Dedi.2000. Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pals, Daniel L. 2001. Seven Theory of Religion. Dari Animisme E.B. Tyler, Materialisme Karl Marx hingga Antropologi Budaya C.Geertz. Yogyakarta: Qalam.

Pelly, Usman dan Asih Menanti. 1994. Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Preyed Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Ditjen Dikti, Depdikbud.

Fruitt, Dean G. dan Jeffrey Z. Rubin, 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Purwita, Ida Bagus Putu.1988. “Subak di Bali Suatu Kajian Budaya”. Dalam Puspanjali. Persembahan Untuk Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Jiwa Atmaja Editor. Denpasar: CV. Kayumas.

Pudja, Gede. 1978. Theologi Hindu (Brahma Widya). Jakarta : Mayasari.

Raka Supranit, Sagung. 2018. Tradisi Ngaturang Rayunan Kuning di Pura Kehen Desa Pakraman Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli (Perspektif Pendidikan Agama Hindu Berbasis Kearifan Lokal). Pascasarjana IHDN Denpasar.

Reuter, Thomas A.2005. Custodians of The Sacred Mountains. Budaya dan Masyarakat Di Pegunungan Bali. Penerjemah Rahman Zainuddin. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Robinson, Geoffrey.2005. Sisi Gelap Pulau Dewata: Sejarah Kekerasan Politik. Penerjemah Arif B Prasetyo. Yogyakarta: LkiS.

Rubinstein, Raechelle and Linda H. Connor (ed).1999. Staying Local in The Global Village, Bali in the Twentieth Century. Honolulu: University of Hawai’I Press.

Panitia Penyusun. 1978. Kamus Bali-Indonesia. Bali : Dinas Pendidikan Dasar Propinsi Bali

Purwasito, Andrik.2002. Imajeri India.Studi Tanda Dalam Wacana.Surakarta: Pustaka Cakra.

Ratna, I Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

S.Pendit, Nyoman. Filsafat Hindu Dharma Sad-Darsana Enam Aliran Astika (Ortodoks), Denpasar : Bali Post.

Suarbhawa, dkk. 2013. Prasasti Sukawana. Denpasar : Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Balai Arkeologi Denpasar.

Suarsana, Komang. 2009. Gebog Domas Spirit Lokal Pemberdayaan Masyarakat Bangli.

Sumandiyo Hadi, 2006. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta : Pustaka.

Tim Peneliti. 2015. Penelusuran Sejarah Śri Mahārāja Haji Jayapangus. Pemerintah Kabupaten Gianyar, IHDN Denpasar. Denpasar : Pustaka Manikgeni-Denpasar.

Triguna, Yudha. 1994. Pergeseran dalam pelaksanaan Agama: Menuju Tattwa, dalam Buku Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali, Ed. I Gde Pitana. Denpasar : Bali Post.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tillich, Paul.2002. Teologi Kebudayaan, Tendensi, Aplikasi & Komparasi. Penerjemah Miming Muhaimin. Yogyakarta: IRCiSod.

Tim Penyusun. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Triguna, Ida Bagus Yudha.2004. “Kecenderungan Perubahan Karakter Orang Bali”. Dalam Politik Kebudayaan dan Identitas Etnik. Editor I Wayan Ardika dan I Nyoman Darma Putra. Denpasar: FS Unud dan Balimangsi Press.

Toffler, Alvin,1990. The Third Wave. Gelombang Ketiga. Jakarta: Pantja Simpati.

Veeger, K.J,1993. Realitas Sosial. Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widnyana, I Made. 1993. Kapita Selekta Hukum Pidana Adat. Bandung: PT. Eresco.

Yudha Triguna, dkk. 1987. Teori-Teori Sosiologi dalam Rangkan Paradigma. Denpasar: Institut Hindu Dharma.

Zoetmulder. 2006. Kamus Jawa Kuno-Indonesia. Jakarta: PT Gramdia Pustaka Utama.

Downloads

Published

01-03-2022

How to Cite

Duija, I. N., Linggih, I. N., & Wastawa, I. W. (2022). Sistem Banua Sebagai Kohesi Sosial Berbasis Religi Pada Masyarakat Tradisional Di Kabupaten Bangli, Bali. Jayapangus Press Books. Retrieved from http://book.penerbit.org/index.php/JPB/article/view/1653

Issue

Section

Articles